Senin, 02 Desember 2013

laporan Asidi alkalimetri Chichil



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam analisis kimia, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu senyawa yang terkandung dalam bahan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan proses titrasi. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Dalam titrasi itu sendiri ada bermacam-macam cara yang sering digunakan, salah satunya adalah asidimetri dan alkalimetri.
  Asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk beberapa larutan. Oleh karena itu praktikum ini dilakukan agar dapat memahami konsep adisi-alkalimetri serta mengetahui konsentrasi larutan yang dianalisa.

I.2 Tujuan Percobaan
a.  Agar dapat menjelaskan proses titrasi Asidi-alkalimetri
b.  Agar mampu menghitung kadar karbonat dan cuplikan dengan titrasi Asidi-alkalimetri
c.  Dapat Menganalisa kadar CaCO3 dalam batu kapur
I.3 Manfaat Percobaan
a.       Praktikan dapat mengetahui kadar Na2CO3 dan NaHCO3 dalam sampel
b.      Praktikan dapat melaksanakan percobaan Asidi Alkalimetri dengan tepat dan benar
c.       Praktikan dapat menentukan kadar sampel larutan asam maupun basa sesuai dengan prinsip titrasi Asidi Alkalimetri.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1  Secara Umum  
Titrasi asam-basa biasanya disebut aside alkalimetri,Asidi merupakan titrasi untuk menentukan kadar suatu asam atau garam menggunakan larutan standar basa. Sedangkan alkalimetri merupakan titrasi untuk menentukan kadar asam atau garam dengan menggunakan larutan standar basa. Titrasi dilakukan dengan cara mengukur zat penitrasi (titran) yang digunakan untuk bereaksi dengan zat yang dititrasi (titrat). Jika konsentrasi salah satu diketahui maka konsentrasi/ kadar zat lain dapat dihitung. Dalam titrasi dikenal titik ekivalen dan titik akhir titrasi. titik ekivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Sedangkan saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai.
Indikator dalam Asidi-alkalimetri menurut Ostwald adalah asam organik lemah atau basa organik lemah yang warna molekulnya berbeda dengan warna ionnya.
Setiap indikator asam basa mempunyai daerah trayek pH tertentu. Pemilihan indikator didasarkan pada pH larutan yang berada pada titik ekivalen.
Tabel Indikator dengan trayek pH-nya

Indikator
         Perubahan warna
              Trayek pH
Timol biru
Merah-Kuning
1,2-2,8
Brom perol biru
Kuning-Biru
3,0-4,6
Kergomerah
Biru-Merah
3,0-3,6
Metil orange
Merah-Kuning
3,2-4,4
Brom kesol hijau
Kuning-Biru
3,8-5,2
Metil merah
Merah-Kuning
4,8-6,0
Brom kesol ungu
Kuning-Ungu
5,2-6,8
Brom timol biru
Kuning-Biru
6,0-7,6
Fenoftalein
Tak berwarna-Merah muda
8,2-10,0





Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil :
a.  Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar.
b. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
c.  Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan. Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
d. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui setepat mungkin (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005) 

Titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan atau basa diantaranya:
1.  Asam kuat dan basa kuat
Reaksi untuk titrasi asam kuat-basa kuat adalah
Untuk menghitung [H+] pada titik tertentu dalam titrasi, kita harus menentukan jumlah H+ yang tetap tinggal pada titik tersebut dibagi dengan volume total larutan.  
      
2.  Asam kuat dan basa lemah
Meskipun istilah penetralan biasa digunakan untuk reaksi apa saja antara asam dengan basa, tak selalu akan dihasilkan larutan yang benar-benar netral. Memang larutan netral hanya diperoleh bila asam dan basa itu sama kuatnya.
Pada hakekatnya titrasi basa lemah dengan asam kuat dapat dipahami seperti cara kerja sebelumnya. Yang perlu diperhatikan adalah tentang komponen utama dalam larutan dan kemudian memutuskan apakah reaksi terjadi menuju sempurna


3.  Asam lemah dan basa kuat
Reaksi dalam larutan air dari asam lemah seperti asam asetat, HC2H3O2, dengan basa kuat NaOH dapat dinyatakan oleh persamaan berikut:
Pemaparan lama :
Pemaparan baru :
Larutan natrium asetat yang dihasilkan agak bersifat basa, karena ion asetat berfungsi sebagai basa dalam larutan air (Keenan, dkk. 1984).
4.  Asam lemah dan basa lemah
Sebagai contoh akhir dari penetralan, perhatikan reaksi dalam larutan air dari asam asetat yang lemah itu dengan basa lemah amonia. Larutan amonium asetat, yang dihasilkan, praktis netral. Ini karena kuat asam ion NH4+ tepat diimbangi oleh basa kuat dari ion C2H3O2-.
Sebagai ringkasan, reaksi asam dan basa yang sama kekuatannya, akan menghasilkan larutan netral. Asam dan basa yang bereaksi dapat keduanya kuat maupun keduanya lemah.
















II.2 Sifat Sifat Bahan
1. Asam Clorida
a.    Rumus molekul             : HCl
b.    Massa molar                 : 36,46 g/mol (HCl)
c.    Penampilan                   : Cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat
d.    Densitas                       : 1,18 g/cm3
e.     Titik lebur                    : −27,32 °C (247 K) larutan 38%
    f.     Titik didih                   : 110 °C (383 K), larutan 20,2%;
                                                   48 °C (321 K), larutan 38%.
g.    Kelarutan                      : Tercampur penuh
h.    Keasaman (pKa)            : −8,0
2. Aquadest
a.    Nama sistematis            : Air
b.    Rumus molekul            : H2O
d.    Massa molar                 : 18,0153
    e.    Densitas dan fase         : 0.998 g/cm³ (cariran pada 20 °C)
f.     Titik lebur                    : 0 °C (273.15 K) (32 °F)
g.    Titik didih                    : 100 °C (373.15 K) (212 °F)
h.     Kalor jenis                   : 4184 J/(kg·K) (cairan pada 20 °C)
 (http://id.wikipedia.org/wiki/Air/2 Oktober 2013 13:33)
3. Sodium hydroxide
a.         Formula                        : NaOH
b.         Densitas                       : 2.13 g/cm³
c.         Massa molar                 : 39,997 g/mol
d.        Titik lebur                     : 604,4° F (318 °C)
e.         Kelarutan                     :Larut dalam Air, Methanol, Ethanol
4. Natrium Karbonat
  1. Formula                       : Na2CO3
  2. Molar mass                  : 105.9885 g/mol
  3. Density                        : 2.54 g/cm³
  4. Titik lebur                    : 1,564°F  (851°C)
  5. Titik didih                   : 2,971°F (1,633°C)
(http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_carbonate/02 november 2013 12:14)
5.         Natrium Borak
a.                    Rumus Molekul     : Na2B4O7 · 10H2O
b.                   Massa molar                      : 381,37 g/mol
c.                    Titik lebur              : 1.369 °F (743 ° C)
d.                   Densitas                : 1.73 g/cm³
e.                    Titik didih             : 2867 °F (1.575 ° C)
(http://en.wikipedia.org/wiki/Natrium_Borak/02 november 2013 12:14)
6.         Indikator PP
a.                    Rumus molekul     : C20H14O4
b.                   Massa molar                      : 318,32 g mol-1
c.                    Densitas                : 1,277 g cm-3, pada 32 ° C
d.       Titik lebur                    : 260 ° C
(http://en.wikipedia.org/wiki/Phenolphthalein/02 november 2013 12:14)
7.         Calcium carbonate
a.         Rumus Molekul          : CaCO3
b.         Massa molar               : 100.0869 g/mol
c.         Penampilan                 : Bubuk putih halus
d.        Densitas                      : 2,711 g/cm3 (kalsit)
e.         Titik lebur                   : 1339 ° C (kalsit)
f.        Keasaman (pKa)         : 9,0
(http://en.wikipedia.org/wiki/ Calcium carbonate/02 november 2013 12:14)
8.         Methyl orange
a.                                            Rumus Molekul     : C14H14N3NaO3S
b.                                           Massa molar                      : 327,33 g/mol
c.                                            Densitas                            : 1,28 g/cm3, padat
d.       Titik lebur                    : > 300 ° C (Tidak tepat didefinisikank)
(http://en.wikipedia.org/wiki/Methyl_orange/ 2 november 2013 4:31)
9.         Sodium bicarbonate
a.                    Rumus Molekul     : NaHCO3
b.                   Massa molar                      : 84,007 g/mol
c.                    Titik lebur              : 122 °F (50°C)
d.                   Larut dalam                       : Air
(http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_bicarbonate‎/02 november 2013/4:35)


                                                            BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan yang Digunakan

a.       Air
b.      Natrium Borak
c.       Asam Klorida
d.      Indikator PP
e.       Indikator Methyl Orange
f.       CaCO3
g.      NaHCO3
h.      Na2CO3
i.        NaOH


III.2 Alat yang Digunakan

a.    Pipet Tetes
b.    Gelas ukur
c.    Corong
d.   Spatula
e.    Buret
f.     Statif
g.    Kasa
h.    Botol Spiritus
i.      Klem
j.      Erlenmeyer

III.3 Gambar Alat



Erlenmeyer
Buret
     Kasa
Pipet
tetes
Gelas ukur
Corong
Statif
Spatula
Klem
Botol Spiritus
Beaker Glass
Kaki Tiga


III.4 Prosedur
1.         Standarisasi HCl dengan Na Borak 0,1 N
  1. Ambil 10 ml Na borak 0,1 N masukkan kedalam Erlenmeyer
  2. Ditambah beberapa tetes indikator MO
  3. Dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna menjadi merah orange
  4. Hitung kebutuhan HCl :
N(HCl) =  (V.N) Borak
                                V (HCl)
2.         Standarisasi NaOH dengan HCl yang telah distandarisasi
a.                  Ambil 10 ml NaOH 0,1 N masukkan kedalam erlenmeyer
b.                 Ditambah beberapa tetes indikator Methyl Orange
c.                  Dititrasi dengan HCl sampai warna menjadi merah Orange
d.                 Catat Volume HCl
e.                  Hitung Normalitas NaOH :
f.       N(NaOH) =  (V.N) HCl
                     V (NaOH)
3.         Mencari kadar Na2CO3 dan NaHCO3
a.          Ambil 10 ml larutan sampel, masukkan dalam erlenmeyer
b.          Tambahkan beberapa tetes indikator PP
c.          Titrasi dengan HCl sampai warna merah hampir hilang
d.         Catat kebutuhan HCl =a ml
e.          Tambah indikator MO beberapa tetes
f.           Titrasi dengan HCl sampai terjadi warna orange
g.          Catat kebutuhan HCl untuk Na2CO3  =  b ml
                NaHCO3 = (b-a) ml
h.          Hitung kadar
Kadar Na2CO3 – 2a.NHCl . BM Na2CO3 . 1000 ppm
                                                                           2          10
            Kadar NaHCO3 – (b-a) . NHCl . BM NaHCO3 . 1000           ppm                                                                                                                      10
4.    Mencari kadar CaCO3 dalam batu kapur
a.         Kapur dimasukkan dalam erlemenyer, ditambah larutan HCl 0,5 N aduk sampai warna menjadi jernih
b.         Panaskan sampai CO2 hilang
c.         Setelah dingin, tambah beberapa tetes indicator PP dan kelebihan HCl dititrasi dengan NaOH sampai terbentuk warna merah muda
d.        Hitung kebutuhan NaOH :

    Kadar CaCO3 = [ (V . N) HCl – (V . N) NaOH] x BM CaCO3 m gram
                                                                                            2





























DAFTAR PUSTAKA

(http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_carbonate/02 november 2013 12:14)
(http://en.wikipedia.org/wiki/Phenolphthalein/02 november 2013 12:14)
(http://en.wikipedia.org/wiki/Natrium_Borak/02 november 2013 12:14)